Employee Wellbeing dan Bagaimana Cara Meningkatkannya
Seiring dengan pergantian tahun, bidang HR pun mengalami perubahan. Tren HR akan berubah mengikuti kondisi dunia saat ini. Mengutip dari Forbes, salah satu yang diprediksi sebagai salah satu yang diperhatikan dalam tren HR tahun 2022 ini adalah employee wellbeing.
Apa itu employee wellbeing?
Employee wellbeing, atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai kesejahteraan karyawan, adalah kondisi dimana karyawan merasa terpenuhi kebutuhannya. Tentu saja kebutuhan yang dimaksud disini tidak hanya secara finansial. Cakupan dari employee wellbeing termasuk:
- Physical health atau kesehatan fisik
- Emotional health atau kesehatan mental
- Psychological wellbeing atau kesejahteraan psikologis
- Social Relationships atau hubungan sosial
- Financial Stability atau stabilitas secara finansial
Mempertimbangkan employee wellbeing berarti memikirkan apa saja yang kira-kira dibutuhkan oleh karyawan agar mereka bisa memberikan yang terbaik saat bekerja. Sebagai contoh, perhatikan beban kerja karyawan sehingga tidak menimbulkan stress yang berat pada karyawan, atau adakan konseling untuk menjaga kesehatan mental karyawan.
Kenapa employee wellbeing penting?
Perusahaan tidak bisa bergerak jika tidak ada Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, pengembangan karyawan tidak kalah penting dari hal teknis perusahaan, seperti memikirkan strategi untuk mengembangkan produk atau brand perusahaan. Jika karyawan merasa kesejahteraannya terpenuhi, produktivitas perusahaan juga akan membaik.
Benefit yang bisa didapatkan oleh perusahaan antara lain:
- Meningkatkan kinerja karyawan dan produktivitas perusahaan.
- Menurunkan angka turnover, karena karyawan yang bahagia tentunya akan memilih untuk bekerja di perusahaan dalam jangka waktu lebih panjang.
- Menarik minat kandidat berkualitas. Jika perusahaan memiliki reputasi yang baik terkait tenaga kerja, maka kandidat berkualitas juga tidak akan ragu untuk melamar ke perusahaan.
Lalu apa yang harus diperhatikan pada employee wellbeing tahun 2022?
Sudah sekitar dua tahunan pandemi covid-19 melanda dunia. Ini juga berpengaruh pada perusahaan dan karyawannya. Setelah memasuki pandemi, walaupun misalnya stabilitas keuangan karyawan terpenuhi, wellbeing seperti hubungan sosial dan kesehatan mental bisa terbengkalai akibat tidak adanya tatap muka. Karena itu, perlu adanya pertimbangan dari perusahaan agar seluruh wellbeing dari karyawan bisa terpenuhi.
Peningkatan employee wellbeing di masa pandemi bisa dilakukan dengan cara berikut ini:
-
Tingkatkan hubungan dalam tim
Saat pandemi, ada perusahaan yang masih mengadakan work from home (WFH) 100% atau work from office (WFO) dengan shift. Hal ini bisa menyebabkan masalah komunikasi akibat karyawan yang tidak saling mengenal karena sedikitnya kesempatan untuk bertemu. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan bonding secara berkala. Kini, pusat perbelanjaan dan restoran sudah bisa dikunjungi untuk makan di tempat. Ini bisa digunakan sebagai sarana untuk melakukan bonding perusahaan.
-
Berikan fleksibilitas dalam bekerja
Pandemi sudah membuat kita terbiasa bekerja dengan sistem WFH, baik WFH total maupun dengan shift. WFH bisa digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas saat bekerja. Sebagai contoh, jika ada karyawan yang berkeluarga dan pekerjaannya bisa diselesaikan dari rumah, mungkin bisa dibuatkan shift untuk WFH dan WFO sesuai kebutuhan karyawan.
-
Walau tidak tatap muka, tetap berikan ruang bagi karyawan untuk memberikan feedback
Saat WFH, mungkin kesempatan bagi karyawan untuk memberikan feedback juga menjadi lebih sedikit karena tidak bertatap muka secara langsung. Hal ini bisa diatasi dengan dengan mengadakan semacam meeting singkat dengan videocall. Agar bisa mendapatkan hasil feedback yang lengkap, meeting ini bisa diadakan ke satu per satu karyawan. Pertemuan yang lebih personal ini efektif agar masing-masing karyawan bisa mengatakan apa yang ia butuhkan, apakah ia sudah merasa cukup, dll. Pada forum ini, perusahaan juga bisa memberikan feedback pada karyawan agar tercipta komunikasi antara karyawan dengan perusahan.
-
Perhatikan kesehatan mental karyawan
Ketika melaksanakan WFH, ada kalanya jam kerja menjadi terlalu fleksibel karena tidak ada keharusan untuk melakukan perjalanan pulang dari kantor. Karenanya, banyak perusahaan yang menormalkan lembur saat WFH. Jam kerja seperti ini dapat mempengaruhi kesehatan mental karyawan yang stress akibat terlalu sering lembur. Karena itu, perusahaan harus tetap ingat bahwa bekerja dari rumah bukan berarti karyawan tidak butuh istirahat.
Sumber:
https://www.oak.com/blog/employee-wellbeing/
https://blog.smarp.com/employee-wellbeing-definition-importance-best-practice