Rekrutmen Karyawan di Masa Pandemi


Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia tentunya berefek pada perekonomian dan berbagai sektor industri. Ada sektor-sektor yang berkembang, seperti IT, kesehatan (rumah sakit, farmasi), dan pangan. Selain itu juga ada sektor yang mengalami penurunan, seperti manufaktur, transportasi publik, dan pariwisata. Seiring dengan penurunan ini, banyak perusahaan yang memutuskan untuk me-lay off ataupun tidak memperpanjang kontrak kerja karyawannya. Meskipun begitu, banyak juga perusahaan yang tidak melakukan pengurangan karyawan, maupun perusahaan yang masih aktif melakukan perekrutan karyawan di tengan pandemi. Kali ini kami akan berbagi tips untuk perekrutan karyawan di masa pandemi ini.

Menurut hasil riset kami ke 40 perusahaan di wilayah Jakarta, Cikarang, dan Karawang, 51,3% tidak melakukan pengurangan karyawan dan 23,1% melakukan pengurangan di sisi karyawan kontrak. Selain itu, di sisi gaji, 74,4% menyatakan tidak melakukan pengurangan gaji, sedangkan 7,7% masing-masing melakukan pengurangan pada pengurangan uang lembur dan uang transportasi karena work from home. Dari sisi sisi sistem kerja, 46,2% perusahaan melakukan sistem shift WFH 50%.

Seiring dengan adanya pandemi, labor market semakin besar, sementara jumlah lapangan pekerjaan tidak bertambah signifikan. Oleh karena itu perusahaan yang memutuskan untuk merekrut karyawan di tengah pandemi perlu sedikit banyak beradaptasi dengan beberapa hal yang menjadi berbeda saat pandemi, misalnya jumlah pendaftar pekerjaan yang lebih tinggi dari sebelumnya, maupun cara rekrutmen seperti harus melalui online interview dan sebagainya.

Sebelum pandemi, ada berbagai cara untuk perusahaan dalam mencari kandidat yang tepat, selain interview tentunya. Sebut saja office tours, makan siang bersama, group discussion, dan lainnya. Sebelumnya cara-cara ini digunakan untuk lebih mengenal kandidat. Akan tetapi, dengan adanya pandemi, perusahaan harus mengikuti protokol kesehatan seperti social distancing maupun mengutamakan interaksi online.

 

Interview di Masa Pandemi


Interview atau wawancara masih menjadi metode utama bagi perusahaan dalam merekrut karyawan baru. Pewawancara dapat menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk menyaring kandidat yang benar-benar berminat dan cocok di posisi tersebut. Misalnya untuk posisi warehousing, pewawancara dapat bertanya “Bagaimana menurut anda jika anda harus berdiri seharian?” atau untuk posisi customer support dapat bertanya “Apakah anda tidak keberatan untuk handle telepon seharian?”. Dapat juga dengan pertanyaan-pertanyaan seperti “Hari-hari Anda biasanya seperti apa? Apa yang biasanya Anda lakukan sehari-hari?”. Dengan pertanyaan seperti ini, pewawancara akan dapat gambaran mengenai bagaimana kandidat menjalani harinya, apakah kandidat tersebut akan cocok dengan work culture perusahaan di masa pandemi (WFH, shifted WFH, atau half-WFH), atau juga fleksibilitas kandidat tersebut.

Selain isi dari wawancara, pewawancara juga perlu memilih teknologi yang tepat untuk mendukung proses wawancara. Misalnya, jika akan melakukan FGD (Focus Group Discussion), pilihlah platform yang dapat mendukung kegiatan tersebut dengan baik. Misalnya, Skype relatif lebih berat dibanding platform lain seperti Google meets, Microsoft Teams, atau Zoom. Contoh lainnya ialah platform Zoom yang tak berbayar hanya mengizinkan pemakaian selama 40 menit. Hal-hal seperti ini perlu diperhitungkan untuk efektivitas proses rekrutmen.

 

Online Assessment dan Tes


Proses lain selain interview yang biasa dilakukan dalam merekrut karyawan ialah tes, baik itu psikotes, tes bahasa Inggris, maupun tes keahlian bidang. Normalnya tes ini dilakukan dengan mengumpulkan kandidat di satu ruangan dan menjalankan tes layaknya ujian sekolah. Namun dengan adanya pandemi, penyelenggaraan tes menjadi lebih sulit dari sebelumnya. Penyelenggaraan online assessment test dapat menjadi alternatif dalam proses rekrutmen di masa pandemi. 

Online assessment dan test ini memiliki kelebihan seperti dapat dilakukan di manapun dan kapanpun selama kandidat punya koneksi internet, hasil tes yang integrated, bentuk assessment dan hasil laporan yang dapat didesain sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dan tentunya meminimalisasi potensi penularan COVID-19. Untuk kekurangannya, online assessment dan test ini membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan service online. Harga service ini beragam, mulai dari Rp125,000 per orang hingga jutaan rupiah, tergantung dari jenis tes dan level staf.

 

Proses rekrutmen karyawan di masa pandemi ini sedikit banyak berbeda dengan proses rekrutmen normal, khususnya karena jumlah kali tatap muka yang sedikit. Ada perusahaan yang merasa proses rekrutmen secara online tidak dapat 100% menggantikan proses rekrutmen yang biasa. Japanect Consulting Indonesia menyediakan jasa HR recruitment untuk mempermudah proses rekrutmen perusahaan Anda dengan mengenalkan kandidat-kandidat terbaik.